;

Rabu, 15 Agustus 2012

CURHATAN HATIKU

Rabu, 15 Agustus 2012

Sesunggunya aku iri pada temanku yang hidup selalu berkecukupan tanpa bersusah payah mendapatkan apa yang mereka inginkan , sedangkan aku ? aku harus bersusah payah menginginkan sesuatu sehinggah aku selalu mengorbankan waktuku untuk mendapatkan uang . aku tag tau bagaimana penilaian temanku dgn diriku yang jelas segala tingkah dan sikapku tag lain hanya mendapatkan yang aku inginkan . terkadang dikala sendiri aku menangis memikirkan hidup yang begitu keras aku jalani , betapa beruntung nasibmu teman yang bisa menikmati masa remajamu tanpa mengenal kerasnya hidup .terkadang air mata tag bisa aku tahan jika ingat teman-temanku dgn mudah meminta uang dgn orangtuanya , tapi ak berusaha tersenyum didepan temanku untuk menghibur diri yang sesak akan masalah yang sering terjadi dalam keluargaku ,teramat sangat lelah namun lelah tersebut berhasil aku sembunyikan dgn kesibukanku , sering aku terdengar tetangga yang membicarakan kejelekan ttg keluargaku . terkadang ak tag peduli dan berusaha seolah-olah tag mendengarkan , tapi aku tag bisa terus menerus menahan amarahku dihatiku ,setiap kata yang tertuang bibir mereka seakan memancing emosiku . tag ada yang bisa aku perbuat karena aku hanya manusia yang lemah , hanya kalimat doa yg sering meluncur dri bibirku yang bergetar .” YA allah hamba mohon padamu kuatkan hamba akan semua ini engkau maha mengetahui,engkau maha melihat dan engkau maha dari segala maha yg berada dialam semesta ini . berikanlah hamba petunjuk dan lindungan keluarga hambah ya allah , berikanlah hamba jlan yang lurus untuk menuju keridhoanmu . hanya doa ini yang sering aku ucapkan dikala hati yg sedang merana
SEKIAN
https://facebook.com/notes/curhatan-hatiku 

Nama Anda - 02.48

Minggu, 12 Agustus 2012

sombong

Minggu, 12 Agustus 2012

SOMBONG

Hari ini tak seperti biasanya, sepulang mengajar  kusempatkan diriku untuk singgah ke mesjid. Lama sudah aku tak merasakan dinginnya berwudhu disini, melirik sejenak kajian-kajian pekan yang telah tersusun rapi di papan pengumuman. Seusai wudhu aku menaiki tangga putih untuk menuju ke tempat khusus akhwat, kucari mukena yang terbaik dan membuatku nyaman. Aku memilih tempat di sudut di dalam mesjid itu, dan melanjutkan shalat sunat dua rakaat. Adalah sekitar 15 menit aku menunggu azan asar berkumandang, ku buka kitab suci mini yang kubawa, membaca surah Al Israa beberapa lembar. Tak lama jamaah masjid ini mulai ramai, shaf di depan dipenuhi oleh ibu-ibu, begitu selanjutnya, mereka berbaur mencari tempat terbaik dan ternyaman untuk beribadah. Empat rakaat ibadah telah ditunaikan secara berjamaah, merapatkan siku dan kaki agar tak ada celah.

Seseorang yang merapat di sampingku, serta merta mengulurkan tangannnya setelah salam, lalu kembali khusyuk berzikir, menyampaikan puji-pujian kepada sang Khaliq.

Tak lama, kotak amal yang biasa beredar seusai shalat berjamaah berhenti tepat dihadapanku, aku merogoh-rogoh saku bajuku, lalu membuka dompet, sempat agak lama kotak amal itu berada dihadapanku, karena aku sibuk mencari uang pecahan terkecil yang aku punya, perlu aku katakan dalam dompetku ada uang lembaran lima puluh ribu dua lembar, dua puluh ribu satu lembar dan sepuluh ribu satu lembar, dan pecahan seribu tiga lembar. Serta merta kutarik pecahan terkecil dari dompet itu satu lembar, lalu melipatnya kecil-kecil dan kumasukkan dalam kotak amal itu.

Selanjutnya kotak amal itu bergeser ke kanan dan disambut oleh seseorang yang tadi menyalamiku. Entah kenapa kusempatkan melirik ke kanan, seseorang itu langsung membuka dompetnya yang kembali lagi, maaf!!! Jelas kulihat di dompetnya hanya ada pecahan dua puluh ribu satu lembar dan lima ribu satu lembar. Tanpa pikir lama, lima detikpun tak sampai, seseorang itu menarik dua puluh ibu untuk kemudian dilipat kecil-kecil dan langsung dimasukkan kedalam kotak amal itu, selanjutnya pandangannya kembali khusyuk kedepan, melanjutkan puji-pujiannya kepada Sang Khaliq.

Tak ayal aku tersentak, aku baru menyadari bahwa seseorang itu adalah ibu yang bekerja sebagai tukang jual donat keliling, sempat beberapa kali aku melihatnya memikul box-box donat itu untuk di jajakan, aku baru mengenalinya ketika dia sudah melipat mukenanya.

Ya Allah, begitu pelitnya aku pada Mu... Kau berikan aku nikmat dengan tak menghitung dan menakar-nakar dulu, kau berikan aku keluasaan mencari rezeki sebanyak mungkin, kau balas semua usaha yang aku lakukan. Begitu pemurahnya Engkau ya Rabb.. .. Rasa tertusuk, terlempar, entah apapun itu namanya, serta merta kusalami lagi seseorang tadi sebelum dia beranjak pergi. Aku membatin.

Aku dengan segala standar dunia yang kupunya, masih mengukur-ukur rezeki yang Kau titipkan untuk di infakkan, memilih pecahan terkecil., sementara seseorang tadi serasa begitu mudah memberikan apa yang dia punya dan memberikan yang terbaik untuk Mu.

Terus bangunkan aku Rabb, ketika aku terlalu indah bermimpi dan terus sadarkan aku ketika aku terlalu jauh melangkah.
facebook.com/notes/khairul-ummah 

Nama Anda - 10.51

Ramadhanku


Beku harum kamboja di sudut nisan,
kembali menampakkan bayang-bayang wajahmu di awal ramadhan..
Kusadari betapa rinduku teramat dalam,
Ingatanku menemuimu di kamar tanpa warna
Perasaanku sediam pualam_
Pada januari yang gaduh itu, kau pernah memandang
Saat terakhir aku pergi, meninggalkanmu (lagi) dan ku kira masih ada pertemuan selanjutnya
Ramadhan kini telah menyapa lagi
Dulu, ketika aku tak sempat pulang lebaran
Aku bilang, lebaran ini tak usah simpankan aku ketupat dan semangkuk sayur
Sebab aku masih diterbangkan angin musim dingin.,
Kini, lebaran ku sepi tanpa ketupat darimu, apalagi semangkuk sayur itu
facebook.com/notes/khairul-ummah

Nama Anda - 10.43