PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
BERBASIS IPTEK UNTUK KEMAKMURAN BANGSA
Disusun Oleh : Siswi
SMK PELAYARAN PEMBANGUNAN BATAM
KOTA BATAM
- 1. Fauziah Ihsana Tahar
- 2. Har Putri Ambar Sari
- 3. Petrus Petrick
SMK PELAYARAN PEMBANGUNAN BATAM
KOTA BATAM
2012
ABSTRAK
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut
seluas 2/3 dari total luas teritorialnya. Berdasarkan Deklarasi Juanda
1957, wilayah laut NKRI adalah sekitar 3,1 juta kilometer persegi.
wilayah laut NKRI bertambah luas dari tambahan Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) sebesar 2,7 juta kilometer persegi, menjadi total sekitar 5,8 juta
kilometer persegi. Indonesia mendapatkan hak-hak berdaulat atas
kekayaan alam di ZEE sejauh 200 mil dari garis pangkal lurus Nusantara
atau sampai ke batas ‘continental margin’.masalah yang akan kami angkat
adalah: Potensi kelautan apa saja yang mungkin dikembangkan di
Indonesia, Sejauh manakah pemerintah menyiapkan model pengelolaan
sumberdaya kelautan Indonesia, Peran apa saja yang bisa dilakukan oleh
kita sebagai masyarakat terdidik dalam menanggapi pengelolaan kekayaan
alam laut. Tujuan dalam karya ilmiah yang kami buat adalah Untuk
mengetahui potensi kelautan yang mungkin dikembangkan di Indonesia,
Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah menyiapkan model pengelolaan
sumberdaya kelautan di Indonesia, Untuk mengetahui yang bisa kita
lakukan sebagai masyarakat terdidik dalam menanggapi pengelolaan
kekayaan alam laut. Desain dan pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan “Penelitian Pengembangan “ (Research dan Development ).
Pengelolaan sumber daya alam berbasis komunitas dan teknologi merupakan
salah satu strategi pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan
keadilan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam melalui
teknologi yang sedang berkembang.
BAB I
PENDAHULUAN
Negara
Indonesia merupakan Negara kemaritiman, karena sebagian besar wilayah
Indonesia memanfaatkan sumberdaya kelautan. Tetapi masyarakat belum
mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada dan masalah ini akan dibahas
dalam makalah ini.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut
seluas 2/3 dari total luas teritorialnya. Berdasarkan Deklarasi Juanda
1957, wilayah laut NKRI adalah sekitar 3,1 juta kilometer persegi.
wilayah laut NKRI bertambah luas dari tambahan Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) sebesar 2,7 juta kilometer persegi, menjadi total sekitar 5,8 juta
kilometer persegi. Indonesia mendapatkan hak-hak berdaulat atas
kekayaan alam di ZEE sejauh 200 mil dari garis pangkal lurus Nusantara
atau sampai ke batas ‘continental margin’.
Menurut, Oentoro Surya
(14/6 2009), bahwa Bangsa Indonesia mestinya bisa berjaya di bidang
kelautan. Potensi laut kita luar biasa, tapi karena banyak kalangan yang
masih menyepelekan terhadap kekayaan alam yang sangat besar itu, maka
pengelolaan hasil kelautan Indonesia belum optimal. Dengan wilayah laut
Indonesia yang sangat luas ini, banyak sekali potensi ekonomi yang bisa
dikembangkan, seperti untuk keperluan pelayaran, pelabuhan, perikanan,
perkapalan, pariwisata, dan pertambangan, yang tentu saja bakal membuka
lapangan kerja baru. Mengingat potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
yang dimiliki pemanfaatannya masih rendah, maka upaya untuk menumbuhkan
kegiatan usaha penangkapan ikan di sub sektor perikanan dalam
peningkatan pendapatan regional masih mempunyai peluang yang cukup
besar.
Penetapan wilayah laut pedalaman ini membatasi ruang
penetrasi kapal asing ke wilayah laut Indonesia, karena semua pihak
asing tidak boleh memasuki wilayah perairan pedalaman tersebut tanpa
izin Indonesia, termasuk untuk innocent passage atau lewat secara
damai. Kekayaan alam yang terkandung dalam wilayah laut Indonesia juga
belum mampu dikelola secara baik. Banyak potensi sumberdaya kelautan
yang mungkin kita miliki, tetapi sesungguhnya belum mampu kita pahami
nilai kemanfaatan ekonomi dan ekologinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Potensi kelautan apa saja yang mungkin dikembangkan di Indonesia?
2. Sejauh manakah pemerintah menyiapkan model pengelolaan sumberdaya kelautan Indonesia?
3. Peran apa saja yang bisa dilakukan oleh kita sebagai masyarakat terdidik dalam menanggapi pengelolaan kekayaan alam laut?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui potensi kelautan yang mungkin dikembangkan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah menyiapkan model pengelolaan sumberdaya kelautan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat terdidik dalam menanggapi pengelolaan kekayaan alam laut.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Objek yang diteliti
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laut
2.2 Desain dan Pendekatan
Desain
dan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan “Penelitian Pengembangan
“ (Research dan Development ). Menurut Borg dan Gall (1989:782), yang
dimaksud dengan penelitian pengembangan adalah “ a process used develop
and validate education product”. Kadang-kadang penelitian ini disebut
juga dengan research based development”, yang muncul sebagai strategi
dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk
mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil penelitian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 POTRET POTENSI SUMBERDAYA KELAUTAN
Berdasarkan
SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.41 tahun 2000, yang dimaksud
dengan pulau kecil adalah pulau yang mempunyai luas area kurang dari
atau sama dengan 10.000 km2, dengan jumlah penduduk kurang dari atau
sama dengan 200.000 orang. Data dari Direktorat Jenderal Kelautan,
Pesisir dan Pulau-Pulau kecil DKP menunjukkan bahwa sampai tahun 2002
jumlah pulau kecil di Indonesia sebanyak 17.499. Sebanyak 5.474 pulau
sudah mempunyai nama, dan12.025 pulau yang belum mempunyai nama (Majalah
Samudera, 2006). Penelitian terakhir melalui citra Lansat diduga lebih
dari 18.000 pulau di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun
baru 6000 pulau yang dimanfaatkan.
Dalam upaya mengelola
sumberdaya kelautan, Konsep menarik yang disampaikan oleh Rudy dalam
artikelnya di majalah Inovasi (XVIII/2006) adalah Pengelolaan Sumberdaya
Kelautan Berbasis Komunitas Lokal dan pengetahuan dan teknologi.
Pengelolaan sumber daya alam berbasis komunitas dan teknologi merupakan
salah satu strategi pengelolaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan
keadilan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam melalui
teknologi yang sedang berkembang. Selain itu strategi ini dapat membawa
efek positif secara ekologi dan dan sosial. Pengelolaan sumberdaya alam
khususnya sumberdaya kelautan berbasis komunitas lokal dan pengetahuan
teknologi sangatlah tepat diterapkan di indonesia, selain karena efeknya
yang positif juga mengingat komunitas lokal di Indonesia memiliki
keterikatan yang kuat dengan daerahnya sehingga pengelolaan yang
dilakukan akan diusahakan demi kebaikan daerahnya dan tidak sebaliknya.
Pengelolaan
sumberdaya kelautan berbasis komunitas dan pengetahuan teknologi ini
bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak dahulu,
komunitas lokal di Indonesia memiliki suatu mekanisme dan aturan yang
melembaga sebagai aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumber
daya alam termasuk di dalamnya sumber daya kelautan. Hukum tidak
tertulis ini tidak saja mengatur mengenai aspek ekonomi dari pemanfaatan
sumberdaya kelautan, namun juga mencakup aspek pelestarian lingkungan
dan penyelesaian sengketa (Weinstock 1983; Dove 1986, 1990, 1993; Ellen
1985; Thorburn 2000). Salah satu faktor pendorong Rudy melontarkan
konsep dan mengamini pendapat Weinstock (1983) adalah menghindari
gesekan up-bottom (Pemerintah-Masyarakat) yang notabene masih memegang
adat atau Hukum tak tertulis yang kadang berbenturan dengan perturan
atau kebijakan Pemerintah. Namun, itu bukan berarti Pemerintah lepas
tangan begitu saja. Dalam konsep ini Pemerintah diharapkan menjadi
fasilitator, dan pihak yang berwenang yang dituntut untuk lebih memahami
keadaan dan memimpin masyarakat lokal untuk turut serta sama-sama
berperan aktif dalam upaya mengelola sumberdaya kelautan, sehingga tidak
terjadi dampak negatif bagi semuanya semisal eksploitasi besar-besaran
tanpa kontrol yang akan menjadi kerugian bagi masyarakat itu sendiri.
Gagasan
ini dimulai dengan memaparkan potensi dan peranan sumberdaya kelautan
di Indonesia. Peranan sumberdaya kelautan dapat dlihat dari beberapa
aspek, yaitu:
- Aspek ekonomi sumberdaya kelautan,
- Aspek ekologis sumberdaya kelautan.
- Aspek pertahanan dan keamanan, dan
- Aspek pendidikan .
Ekonomi
sumberdaya kelautan yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi yang
dilakukan di wilayah pesisir dan lautan atau kegiatan ekonomi yang
menggunakan sumberdaya pesisir dan lautan atau kegiatan ekonomi
yang menunjang pelaksanaan kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan
lautan. Dengan demikian ruang lingkup kegiatan ekonomi berbasis
sumberdaya kelautan sangat luas dan beragam, termasuk diantaranya adalah
sektor perikanan tangkap dan budidaya. industri pengolahan produk
perikanan dan bioteknologi, pariwisata bahari dan pantai, pertambangan
dan energi, perhubungan laut, industri kapal, bangunan laut dan pantai,
pulau-pulau kecil, dan kegiatan pendayagunaan benda-benda berharga. Dari
berbagai kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya kelautan yang sangat luas
dan beragam tersebut, sebenarnya potensi ekonomi yang dapat
dihasilkan dan disumbangkan bagi.
Pemerintah telah menyiapkan alat
untuk mengelola sumberdaya kelautan, tetapi masyarakat belum mampu
memanfaatkannya secara optimal dan belum tergali secara optimal dalam
mendukung pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Di Indonesia tercatat
keragaman hayati laut yang tinggi. Ditemukan sekitar 2500 species ikan,
253 jenis dari jumlah tersebut termasuk jenis ikan hias, dan 132 jenis
ikan yang bernilai ekonomi.
Peran Masyarakat Terdidik dalam
Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Sepanjang perjalanan sejarah peradaban
manusia, kaum terdidik-lah yang menjadi masinis dan membuat beberapa
lokomotif sehingga bisa menjadi sekarang. Di berbagai bidang, orang
terdidik selalu diharapkan dan dituntut untuk mampu memimpin
masyarakatnya menuju perdaban baru, hingga tahap paling ideal bagi
masyarakatnya yaitu kesejahteraan dan kemakmuran yang terbungkus dengan
keadilan. Sama halnya peradaban, dalam menangani kebocoran-kebocoran
dalam mengelola sumberdaya kelautan, sangatlah memerlukan peran aktif
para masyarakat terdidik. Bagaimana tidak, dengan ilmu yang lebih,
sesuai dengan basis ilmunya maka akan sangat mungkin bagi masyarakat
terdidik untuk membawa dan memimpin masyarakatnya menuju kondisi ideal
bagi masyarakatnya. Dengan potensi-potensi yang belum ter-eksplor, maka
peran masyarakat terdidik akan sangat diperlukan guna mencari dan
memanfaatkan potensi-potensi yang belum dikelola dengan baik.
Dewan
Maritim Indonesia tahun 2006 telah memprediksi potensi ekonomi
sumberdaya alam kelautan mencapai U$ 173,18 milyar /tahun (Demersal,
2006), yang meliputi potensi perikanan sebesar U$ 31,93 milyar/tahun,
wilayah pesisir sebesar U$ 50 milyar/tahun, bioteknologi sebesar U$ 40
milyar/tahun, wisata bahari sebesar U$ 2 milyar/tahun, minyak bumi
sebesar U$ 23,25 milyar dan transportasi laut sebesar U$ 20
milyar/tahun.
3.2 KEBUTUHAN RISET, DAN IPTEK UNTUK MENDUKUNG DAN AKSELERASI PEMBANGUNAN KELAUTAN
Untuk
mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan maka mutlak
diperlukan IPTEK, yang harus pula didukung oleh riset yang sistematis
dan berkelanjutan. Pembangunan kelautan sekarang ini antara lain
mencakup:
- Capture Fisheries and Aquaculture
- Marine Biotechnology
- Non-Living Resources 7
- Marine Transportation
- Sea Territory
- Small Island Development
Pengembangan riset dan pengembangan Iptek tersebut diharapkan menjawab dan mengatasi masalah nasional dalam bidang;
- Kecukupan Pangan
- Kecukupan Obat dan Teknologi Kesehatan
- Sumber Energi Alternatif
- Transportasi
- Teknologi Informasi dan Komunikasi
- Teknologi Keamanan dan Pertahanan
Riset dibidang industri bioteknologi kelautan telah ditemukan beberapa hal antara lain (Dahuri 2006):
- Pembuatan obat tidur dan obat penenang dari kuda laut.
- Pembuatan garam yang 99% murni untuk cairan infus.
- Tempurung kura-kura untuk obat luka dan tetanus.
- Hati ikan buntal untuk obat tetrodotoxin, guna memperbaiki saraf otak yang rusak.
- Chitosan dari kulit kepiting dan udang untuk obat anti kolesterol.
Disadari
bahwa pemanfaatan sumberdaya kelautan sekarang ini lebih banyak
terkonsentrasi di wilayah pesisir dan perairan laut dangkal, maka
pengembangan Iptek dalam rangka pengembangan laut dalam sangat
dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan berbagai sumberdaya kelautan di
perairan laut dalam.
Departemen kelautan dan perikanan Republik
Indonesia (DKP) juga aktif melakukan kegiatan riset dalam mendukung
pemanfaatan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan. Perairan laut
dalam adalah perairan laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. Di
Indonesia perairan laut dalam umumnya berada di Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE), perairan Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan wilayah laut
perbatasan.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dalam
membutuhkan investasi yang tinggi sehingga kita harus berhitung secara
ekonomi, profit yang akan dihasilkan. Teknologi MCS, teknologi industri
rumput laut, teknologi budidaya perikanan, radio satelit, wartel
satelit, kios iptek, teknologi garam rakyat, teknologi tambak ramah
lingkungan. Dibidang perikanan tangkap iptek sangat penting dalam
menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan. Pemanfaatan teknologi
light fishning yang banyak beroperasi di wilayah laut Indonesia
mendorong diperlukannya riset yang menyangkut masalah intensitas cahaya
yang digunakan untuk menarik perhatian ikan-ikan yang layak tangkap, dan
intensitas optimum yang digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan
tertentu.Tingkat respon ikan terhadap stimulus cahaya yang diberikan
dalam proses penangkapan ikan di laut dengan light
fishing(Arimoto.2002). Kondisi dan isu perikanan tangkap saat ini antara
lain;
- Pemanfaatan IPTEK yang masih rendah
- Taraf hidup rata-rata nelayan yang masih rendah
- Kualitas dan kuantitas data serta informasi yang belum memadai
- Kurangnya
informasi dan data mengenai Daerah Penangkapan Ikan (DPI) yang
didasarkan pada studi dan kajian mendalam mengenai karakteristik dan
sifat fisik serta fenomena perairan lainnya
- Operasi Penangkapan
Ikan (OPI) yang tidak efektif, efisien dan selektif yang dapat
menyebabkan biaya tinggi dan masalah kelestarian ikan
- Overfishing DPI tertentu dan masih ada DPI yang belum optimal pemanfaatannya
- Sumberdaya
manusia/nelayan masih sedikit untuk memanfaatkan peran IPTEK dalam OPI,
pengelolaan dan pemantauan perikanan nusantara
- Degradasi lingkungan:potasium,sianida dan pencemaran
- Teknologi pengolahan yang masih rendah
- Penghargaan dan penegakan hukum yang masih rendah dan kurang memadai, pencurian ikan, dll.
Oleh
sebab itu diperlukan suatu aksi tanggap melalui suatu trasformasi dari
perikanan tangkap tradisional menuju perikanan tangkap yang modern
berlandaskan IPTEK melalui (Wahyudi,2006) :
- Peningkatan
sistem pengelolaan (management), kebijakan, pemantauan (monitoring),
pengawasan (surveillance), pengendalian (controlling) secara terpadu dan
menyeluruh terhadap seluruh kegiatan perikanan tangkap
- Operasi penangkapan yang efektif, efisien dan selektif
- Perikanan tangkap yang lestari
- Taraf hidup nelayan yang meningkat
- Sektor perikanan dapat menjadi sumber devisa pembangunan yang bisa diandalkan
3.3 PENGEMBANGAN KELAUTAN DI MASA DEPAN
Dalam
rangka pengembangan sumberdaya kelautan dimasa depan, maka titik
optimum pemanfaatan akan dicapai jika pengembangan dan pemanfaatannya
meperhatikan 3 hal yaitu,
- Pengembangan IPTEK Kelautan dan perikanan,
- Industri perikanan dan kelautan serta
- Admistrasi dan managemennya.
Pembangunan
kelautan ke depan diharapkan dapat berlangsung secara efisien dan
berdaya saing tinggi, sehingga mampu menguntungkan seluruh pelaku usaha
dan menyumbangkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (lebih dari 7% per
tahun) secara berkesinambungan. Disamping itu pembangunan kelautan harus
berkeadilan, sehingga seluruh pelaku usaha dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya (pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan) serta
hidup sejahtera. Pengembangan kelautan harus ramah lingkungan, yang
menjamin kelestarian (sustainability) sumberdaya kelautan dan
ekosistemnya.
Oleh sebab itu Blue Print pembangunan kelautan
secara optimal dan berkelanjutan harus berbasis IPTEK, manajemen
profesional, dan etos kerja Unggul. Dari tahap perencanaan,
implementasi, sampai pengendalian program pembangunan harus dilaksanakan
secara terpadu (sektor, level pemerintahan,
pemerintah-swasta-masyarakat, spasial, dan antar negara). Disamping itu
pembangunan kelautan harus berbasis masyarakat. Berbasis daya dukung
lingkungan wilayah (konservasi).
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut
seluas 2/3 dari total luas teritorialnya. Sampai saat ini, perhatian ke
wilayah laut dirasakan masih kurang jauh intensif dibandingkan dengan
wilayah daratan. Penetapan wilayah laut pedalaman ini membatasi ruang
penetrasi kapal asing ke wilayah laut Indonesia, karena semua pihak
asing tidak boleh memasuki wilayah perairan pedalaman tersebut tanpa
izin Indonesia, termasuk untuk innocent passage atau lewat secara
damai. Banyak potensi sumberdaya kelautan yang mungkin kita miliki,
tetapi sesungguhnya belum mampu kita pahami nilai kemanfaatan ekonomi
dan ekologinya.
Sebenarnya potensi ekonomi yang dapat
dihasilkan dan disumbangkan bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa
besarnya. Namun, ketidakmampuan Indonesia memahami potensi apalagi untuk
mengelola sumberdaya kelautan terkait langsung dengan tingkat
penguasaan teknologi kelautan yang belum berkembang di Indonesia. Dengan
potensi-potensi yang belum ter-eksplor, maka peran masyarakat terdidik
akan sangat diperlukan guna mencari dan memanfaatkan potensi-potensi
yang belum dikelola dengan baik. Pengelolaan sumberdaya kelautan
berbasis komunitas dan pengetahuan teknologi ini bukanlah sesuatu yang
baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, komunitas lokal di
Indonesia memiliki suatu mekanisme dan aturan yang melembaga sebagai
aturan yang hidup di masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam termasuk
di dalamnya sumberdaya kelautan.
Secara legal, Indonesia
mempunyai wilayah laut yang sangat luas dan mempunyai hak eksklusif
untuk mengelola sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Akan
tetapi, agar kekayaan laut ini bermanfaat bagi upaya mensejahterakan
masyarakat sebagai mana yang di amanahkan kostitusi untuk dapat
mewujudkan impian menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang makmur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.
Makalah kunci pada Seminar Nasional Kelautan VIII. Surabaya: Universitas Hang Tuah
Arimoto, T. 2002. Arimoto, T. 2001. Technical Approach to Minimize
Fishing Impacts Toward Sustainable Fisheries. in Solving By-catch:
Considerations for Today and Tomorrow. Published by University of
Alaska. P 13-28. Artikel di Majalah Inovasi (XVIII/2006)
BRKP, 2004.
Dukungan riset dan iptek kelautan dan perikanan dalam pelaksanaan Jakarta: Gerbang Mina Bahari
Anonim. Repository.unhas.ac.id/.../881/MAKALAH%20KONGRESLIPI.pdf?..